Sabtu, 24 Desember 2011

Bumi pertiwi

Terbias sang mega di kegelapan

Terbentang lautan dalam pedihnya perasaan

Kau tang dulu megah, asri dan Indah

Kini tak lebih dari sebuah angan

Yang mengisi jejak perasaan

Tak lagi ku lihat kau tersenyum

Memancarkan tawa bahagia yang meredam asa

Semuanya telah dirampas modernisasiLenyap hilang meninggalkan serpihan duka

Ratapan penyesalan bumi pertiwi

Kau adalah anugerah yang diberikan Tuhan

yang harus selalu dilestarikan

Untuk dapat diwariskan

Kepada generasi-generasi yang akan datang

Bukan sekedar piawai rentan

Terombang-ambing ombak lautan

Kau adalah lentera kehidupan

Laksana, cita, cinta dan harapan

Aku bertanya kepada sang bulan

Semua duka yang menepis kehidupan bintang

Tapi hanya dilema yang kutuai

Sebuah pilihan yang membuatku terbengkalai

Apakah yang akan ku wariskan

Kepada anak cucu ku dimasa depanKini hutan tak lagi rindang

Sawah dan ladanag semakin sempit

Sumberdaya alam telah habis diporak-porandakan

Hanya sebuah beban pikiran

Yang membuatku terendam dalam sebuah ilusiIlusi yang mengikis sebuah kebinaran

Lewat cakrawala yang terbata-bata

Tangisku mengikis sebuah ilustrasi

Dikala bumi pertiwi tak lagi asri

Habis tercurah zat polutan

Yang membawanya kejurang kehancuran

Mungkinkah ku dapat berjalan ditundra kehidupan

Sementara pelita tak kunjung bersinar

Akankah ku bisa menepistangisan parau

Sementara lenting jiwa kian memudar

Tuhan...

Tunjukkan kemana ku harus berjalan

Sampai aku bisa singgah di peradaban

Menyelamatkan mereka dari dekadensi moral

Akibat westernisasi yang tak layak dipertahankan

( NVM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar