Jumat, 06 Januari 2012

Laporan akustik kel 6


                                                                                                                                             I.            PENDAHULUAN


1.1.      Latar Belakang
Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Tegal merupakan sekolah berbasis perikanan pertama di Indonesia. Ketika zaman penjajahan Jepang tidak ada satupun sekolah berbasis perikanan di Indonesia. Pendirian sekolah perikanan kala itu mengalami berbagai kendala. Sekolah perikanan pertama didirikan pada tahun 1946 di Batang namun bubar pada tanggal 20 Juli 1947 karena Agresi Militer Belanda I. Kemudian didirikan kembali sekolah perikanan di Rembang pada Juli 1948 namun padas tanggal 19 Desember 1948 kembali bubar karena adanya Agresi Militer Belanda II. Sehingga pada tahun 1950 didirikan kembali Sekolah Perikanan Laut (SPL) yang merupakan cikal bakal berdirinya SUPM Negeri Tegal yang berdiri hingga sekarang.
SUPM Negeri Tegal mempunyai berbagai alat yang mampu mendukung kegiatan perikanan dan kelautan, salah satunya adalah Echosounder. Echosounder merupakan piranti akustik kelautan yang fungsi utamanya sebagai alat untuk mengukur kedalaman laut. Namun fungsi Echosounder yang tidak kalah penting yaitu  pemetaan dasar laut. Fungsi Echosounder akan semakin maksimal ketika dikombinasikan dengan satelit GPS. Pengukuran kedalaman laut yang tidak dapat dilakukan secara manual dapat dibantu dengan menggunakan echosounder. Oleh karena itu perlu  dipelajari bagaimana cara kerja dan bagaimana pengoperasiannya (Arnaya, 1991).
1.2.      Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum akustik dan telemetri kelautan ini adalah :
1.         Mengenal macam–macam alat akustik dan telemetri kelautan yang ada di SUPM Negeri Tegal
2.         Mengetahui fungsi, cara kerja, dan aplikasi echosounder


           













                                                                                                                                             II.            PEMBAHASAN

2.1.      Pengertian Echosounder
Echosounder adalah alat untuk mengukur kedalaman air dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air (Parkinson, B.W., 1996). Jarak dasar laut dapat diketahui dengan rumus:
Jarak = (1/2) x Kecepatan suara x Waktu Echo
Echosounder dilengkapi dengan proyektor untuk menghasilkan gelombang akustik yang akan di masukan ke dalam air laut. Sonar bathymetric memerlukan proyektor yang dapat menghasilkan berulang-ulang kali pulsa akustik yang dapat dikontrol. Kegunaan dasar Echosounder adalah untuk mengukur kedalaman suatu perairan dengan mengirimkan gelombang dari permukaan ke dasar dan dicatat waktunya hingga Echo kembali dari dasar (Burdic, 1991).
Echosounder terdiri dari 2 macam yaitu :
a.         Single-Beam Echosounder
Single-beam echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan pengiriman sinyal gelombang suara. Komponen dari single-beam terdiri dari transciever (transducer atau receiver) terpasang pada lambung kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transciever mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) menyusuri bagian bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever. Transciever terdiri dari sebuah transmiter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan.
v   Transmiter ini menerima secara berulang-ulang dalam kecepatan yang tinggi sampai pada orde kecepatan milisekon.
v   Range frekuensi single-beam echosounder relatif mudah untuk digunakan, tetapi hanya menyediakan informasi kedalam sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal (Urick , 1983).
b.         Multi-Bean Echosounder
Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setelah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bad), beberapa pancaran suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam. Multi beam echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi (0,1 m akurasi vertikal dan krang dari 1 m akurasi horizontalnya) (Urick, 1983).
2.2.      Fungsi Echosounder
Kegunaan dasar dari echosounder yaitu menentukan kedalaman suatu perairan dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air. Data tampilan juga dapat dikombinasikan dengan koordinat global berdasarkan sinyal dari satelit GPS yang ada dengan memasang antena GPS (Parkinson, B.W., 1996).
2.3.      Cara Kerja Echosounder   
Prinsip kerjanya yaitu: pada transmiter terdapat tranduser yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi suara. Kemudian suara yang dihasilkan dipancarkan dengan frekuensi tertentu. Suara ini dipancarkan melalui medium air yang mempunyai kecepatan rambat sebesar, v=1500 m/s. Ketika suara ini mengenai objek, misalnya ikan maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu gelombang ketika mengenai suatu penghalang dapat dipantulkan, diserap dan dibiaskan, maka hal yang sama pun terjadi pada gelombang ini.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWydYcJdqKPGiXS6a4LoXSyZP3DfcAeK4g8YSTvCNCamAzj-NW6kscHx3wpyWsT_sYoDLVq5u1Qgm69tu0O0gNO_yboh9_Vk-aRe64PNYFygC9gPpAX-Vcn5U376P_dDlVcMVANsWNWzg/s320/image0023.jpg
Gambar 2. Prinsip Echosounder. 
Ketika gelombang mengenai objek maka sebagian enarginya ada yang dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan energinya akan diterima oleh receiver. Besarnya energi yang diterima akan diolah dangan suatu program, kemudian akan diperoleh keluaran (output) dari program tersebut. Hasil yang diterima berasal dari pengolahan data yang diperoleh dari penentuan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan dan pulsa yang diterima. Dari hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek yang deteksi (William S. Burdic, 1991).
2.4.      Kelemahan dan kelebihan dari Echosounder
Kelemahan dari echosounder jika semakin dalam laut, gambar yang dihasilkan semakin tidak jelas (tidak terlihat lebih spesifik gambar karang, ikan, kapal karam,dan sebagainya). Contoh ketika echosounder digunakan di akuarium yang berisi ikan, gambar yang dihasilkan lebih jelas, hal ini dipengaruhi oleh laut. Disamping itu mengganggu komunikasi antar hewan laut contohnya paus dan lumba–lumba. Keuntungannya dapat mengukur kedalaman laut yang disertai dengan pemetaan dasar laut, disamping itu digunakan nelayan untuk mengetahui gerombolan ikan,serta dapat mengukur suhu air pada kedalaman tertentu (Parkinson, B.W., 1996).






DAFTAR PUSTAKA
Arnaya, I.N. 1991. Dasar-dasar Akustik. Diktat Kuliah Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan . Institut Pertanian Bogor.

Robert J. Urick. 1983. “Principle of Underwater Sound”, Peninsula Publishing, Los Altos, California.

William S. Burdic 1991. “Underwater Acoustic System Analysis”, Prentice Hall, New Jersey.

Parkinson, B.W. (1996), Echosounder : Theory and Applications, chap. 1: Introduction and Heritage of NAVSTAR, the Global Positioning System. pp. 3-28, American Institute of Aeronautics and Astronautics, Washington, D.C.

(http://www.sinarharapan.co.id/berita/0501/19/ipt02.html). Diakses pada tanggal 15 Desember 2011 pkl.13.07

(http://tumoutou.net/3_sem1_012/ke2_012.htm).Diakses pada tanggal 15 Desember 2011 pkl.13.07





















LAMPIRAN



                Gambar 1. Echosounder.             Gambar 2. Echosounder                                          

1 komentar:

  1. halo, boleh minta ebook dari referensinya yang :

    Arnaya, I.N. 1991. Dasar-dasar Akustik. Diktat Kuliah Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan . Institut Pertanian Bogor.

    Robert J. Urick. 1983. “Principle of Underwater Sound”, Peninsula Publishing, Los Altos, California.

    William S. Burdic 1991. “Underwater Acoustic System Analysis”, Prentice Hall, New Jersey.

    saya sedang proses tugas akhir tentang akustik bawah air, mungkin bisa jadi referensi buku TA saya. Mohon bantuannya. terima kasih

    BalasHapus